Kamis, 08 Maret 2018


10 Perkara Penghalang Terkabulnya Doa

Bismillah,

10 Perkara Penghalang Terkabulnya Doa

Seseorang berkata kepada Ibrahim bin Adham Rahimahullah:
“Allah jalla jalaluhu telah berfirman dalam kitab-Nya:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
‘Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan doa kalian.’ (Al-Mu’min : 60)
Sedangkan kami telah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekian lama namun tidak juga Allah jalla jalaluhu kabulkan doa kami.”
Maka beliaupun menjawab: “Hati kalian telah mati karena sepuluh perkara:
Pertama: Kalian mengenal Allah jalla jalaluhu namun tidak menunaikan hak-Nya.
Kedua: Kalian membaca Kitabullah namun tidak mengamalkannya.
Ketiga: Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam namun meninggalkan Sunnahnya.
Keempat: Kalian mengaku memusuhi setan namun sepakat dengannya
Kelima: Kalian katakan kami cinta jannah (surga) namun tidak beramal untuk itu.
Keenam: Kalian katakan kami takut an-naar (neraka) namun menggadaikan diri-diri kalian kepadanya (an-naar).
Ketujuh: Kalian katakan bahwa sesungguhnya kematian itu pasti (terjadi) namun kalian tidak bersiap-siap untuknya.
Kedelapan: Kalian sibuk dengan aib saudara-saudara kalian dan mencampakkan aib-aib diri sendiri
Kesembilan: Kalian memakan nikmat Rabb kalian namun tidak mensyukurinya.
Kesepuluh: Kalian mengubur mayit-mayit kalian dan tidak mengambil pelajaran darinya.
(Al-Hilyah, jilid 8 hal. 15-16)


                                                                             
Sumber:
Majalah Asy-Syari’ah hal. 1 Vol. II/No. 17/1426 H/2005
Semoga Bermanfaat.
Allahu A’lam

Sudahkah Aku Mendapat Hidayah…??

HIDAYAH HANYALAH MILIK ALLAH
Pernahkah kamu merubah seseorang..??
Bagaimanakah cara merubah seseorang agar orang tersebut menjadi baik..??
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, mungkin kita sering berfikir, sudah banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai, untuk merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan tetapi, segala cara dan upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita, bagaimanakah caranya agar kita dapat merubah seseorang?
Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, bahwa hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah.
Yang diwajibkan dan diperintahkan ke kita adalah terus menyampaikan seruan kebaikan kepada semua manusia. Sedangkan hasilnya, apakah orang tersebut akan berubah dan akan mendapatkan hidayah, semua itu serahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan bertawakallah hanya kepada-Nya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Ibnu katsir mengatakan mengenai tafsir ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya”.
Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin menerangkan, “Hidayah di sini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang dikaitkan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mesti mengikuti hikmah-Nya.”
Nabi Yang Mulia Sendiri Tidak Dapat Memberi Hidayah Taufik
Turunnya ayat ini berkenaan dengan cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya Abu Tholib. Akan tetapi, segala cara dan upaya yang dilakukan beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran, tidak sampai membuat pamannya menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya. Seorang rosul yang kita tahu kedudukannya di sisi Allah saja tidak mampu untuk memberi hidayah kepada pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh dibandingkan beliau.
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi Allah Nuh di dalam menegakkan tauhid kepada umatnya? Waktu yang mencapai 950 tahun tidak dapat menjadikan umat nabi Nuh mendapatkan hidayah Allah, bahkan untuk keturunannya sendiri pun ia tidak dapat menyelamatkannya dari adzab,
Allah berfirman yang artinya “Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai anakku! Naiklah bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir’. Dia berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku dari air bah. Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi dari adzab Allah kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menghalangi mereka berdua, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud:42-43)
Melihat anaknya yang tenggelam, Nabi Nuh berdoa (yang artinya),“Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)
Contoh lainnya adalah apa yang dialami oleh Nabi Allah, Ibrohim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang menyekutukan Allah, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah dengan mudahnya memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendakinya, padahal tidak ada seorang pun yang mengajarkan dan menerangkan kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang tenggelam’. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk padaku, pasti aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih besar’. Tatkala matahari itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya’.” (QS. Al-An’am: 75-79)
Dari hal ini, sangat jelaslah bagi kita, hidayah hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Allah berfirman yang artinya “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).
Apabila kita ingin memberikan hidayah kepada seseorang dan kita kumpulkan seluruh manusia untuk membantu usaha kita, niscaya tidak lah akan ada gunanya karena memang hak hidayah sepenuhnya di tangan Alla ‘Azza wajalla. Namun kita hanya di seru dan diperintah untuk menyampaikan kebenaran secara terus menerus maka laksanakanlah dengan ikhlas dan iringilah dengan doa, semoga hidayah Allah untuk kita semua dan untuk semua orang yang kita serukan kebaikan.
Cara Menggapai Hidayah
Setelah mengetahui hal ini, lantas bagaimana upaya kita untuk mendapatkan hidayah? Bagaimana caranya membuat orang lain mendapatkan hidayah?
Di antara sebab-sebab seseorang mendapatkan hidayah adalah:
1. Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik. Allah berfirman yang artinya “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am:82).
2. Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”.
3. Belajar Agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama” (HR Bukhori)
4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang.
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).
5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra:9)
6. Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).
7. Mengerjakan sholat.
Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada surat Al-Baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).
8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh
Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:71).
Ibnu katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah permisalan yang Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “
Maka carilah sahabat yang mengajakmu ke pintu hidayah, carilah mereka yang mengajakmu ke syurga dan jauhilah mereka yang mengajakmu ke neraka.
Dengan mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya untuk mengerjakannya dan mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini, semoga dengan jerih payah dan usaha kita dalam menjalankannya dan mendakwahkannya menjadi sebab kita mendapatkan hidayah Allah.
Syaikh Abdullah Al-bukhori mengatakan dalam khutbah jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Seorang hamba akan senantiasa ditambah hidayahnya selama dia senantiasa menambah ketaqwaannya. Semakin dia bertaqwa, maka semakin bertambahlah hidayahnya, sebaliknya semakin ia mendapat hidayah/petunjuk, dia semakin menambah ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa ditambah hidayahnya selama ia menambah ketaqwaannya.”
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan orang-orang yang ada disekeliling kita, aamiin.
Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Semoga ada manfaatnya,
Allahu Ta’ala A’lam


BERKATALAH YANG BAIK ATAU DIAM
Salah satu sifat dan akhlaq orang yang beriman adalah
Berkatalah yang baik atau diam,
dan
Jagalah Lisanmu
___________________________________________________
Kaum muslimin dalam kehidupan bermasyarakatnya
memiliki keistimewaan yang menjadi ciri khas mereka,
yaitu adanya sifat kasih sayang dan persaudaraan,
yang mana sifat kasih sayang tersebut
menghiasi mereka sementara wajah mereka dihiasi dengan
senyuman.
Dasar kehidupan sesama mukmin adalah persaudaraan dan
persahabatan yang baik.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.”
(Al Hujurat: 10)
Allah subhanahu wa ta’ala
telah mengharamkan atas kaum mukminin
untuk melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka,
sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala yang berbunyi:
”Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamr/arak dan berjudi itu,
dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kamu (dari melakukan perbuatan itu).” (Al-Maidah: 91)
Dan
Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi karunia
kepada hamba-hambaNya dengan
menumbuhkan rasa kesatuan di dalam hati mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
”Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika dahulu (masa jahiliyah) kamu bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
(menjadi )orang-orang yang bersaudara.”
(Ali Imran: 103)
Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pula:
”Dialah yang memperkuatmu dengan pertolonganNya
dan dengan para mukmin.
Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.”
(Al-Anfal: 62-63).
Adalah selayaknya setiap pribadi muslim
untuk menjaga lidahnya
sehingga tidak berkata-kata kecuali untuk kebaikan,
dan
jika berkata-kata itu sama baiknya dengan tidak berkata-kata,
maka agama menganjurkan untuk tidak berkata-kata,
karena terkadang perbincangan yang halal
dapat berubah menjadi perbincangan yang makruh
dan bahkan menjadi perbincangan yang haram,
inilah yang sering terjadi di antara manusia.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu,
dari Nabi shalallahu alaihi wa salam,
beliau bersabda:
”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka
hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaklah ia diam.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang telah disepakati keshahihannya ini
disebutkan
bahwa tidak layak seseorang berbicara
kecuali jika kata-katanya itu mengandung kebaikan,
yaitu perkataan yang mendatangkan kebaikan.
Untuk itu jika seseorang ragu
tentang ada atau tidaknya kebaikan
pada apa yang akan diucapkannya
maka
hendaklah ia tidak berbicara.
Orang yang beriman
kepada Allah subhanahu wa ta’ala
tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya,
bersungguh-sungguh melaksanakan perintah
dan meninggalkan larangan-Nya.
Yang terpenting dari semuanya itu ialah
mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badannya
karena kelak
dia akan dimintai tanggung jawab
atas perbuatan semua anggota badannya,
sebagaimana tersebut pada firman Allah:
”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya
kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”
(Al Isra’ ayat 36)
Bahaya lisan itu sangat banyak,
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam
juga bersabda:
”Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka
karena tidak dapat mengendalikan lidahnya” (HR Timridzi)
Beliau juga bersabda:
”Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya,
kecuali
menyebut nama Allah, menyuruh berbuat ma’ruf,
dan mencegah kemungkaran.”
(HR Tirmidzi)
Barang siapa memahami hal ini dan beriman kepada-Nya
dengankeimanan yang sungguh-sungguh,
maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia
tidak akan berkata
kecuali perkataan yang baik atau diam.
Yang terakhir,
nasehat dari Imam Syafi’i yang mengatakan:
”Jika seseorang akan berbicara
hendaklah ia berfikir sebelum berbicara,
jika yang akan diucapkannya itu
mengandung kebaikan maka ucapkanlah,
namun jika ia ragu
(tentang ada atau tidaknya kebaikan
pada apa yang akan ia ucapkan)
maka
hendaklah tidak berbicara
hingga yakin bahwa apa yang akan diucapkan itu
mengandung kebaikan. “
Semoga ada manfaatnya bagi kita,
dan marilah kita belajar menjaga jaga lisan – lisan kita
dan terus berusaha untuk memikirkan terlebih dahulu,
apa yang hendak kita ucapkan.
.
Allahu A’lam


Apa Keutamaan Shalat Shubuh Berjamaah..??

Keutamaan Shalat Subuh Berjamaah
Abu Hurairah  berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَفْضُلُ صَلَاةُ الْجَمِيعِ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا, وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ. ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Shalat berjama’ah lebih utama dibanding shalatnya salah seorang dari kalian dengan sendirian dengan dua puluh lima bagian. Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh).” Abu Hurairah kemudian berkata, “Jika mau silakan baca, “Sesungguhnya bacaan (shalat) fajar disaksikan (oleh para malaikat).” (QS. Al Israa: 78). (HR. Al-Bukhari no. 137 dan Muslim no.632)
Dari Abu Hurairah  dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)
Usman bin Affan  berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
Jundab bin Abdillah Al-Qasri  berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 163)
                             


Penjelasan ringkas:
Shalat subuh merupakan shalat yang agung lagi disaksikan. Disaksikan oleh para malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari, karena pada saat shalat subuh itulah mereka bergantian, malakait malam naik ke langit dan malaikat siang turun ke bumi. Barangsiapa yang mengerjakannya secara berjamaah -dengan syarat dia juga mengerjakan shalat isya secara berjamaah- maka sungguh seakan-akan dia telah shalat semalam suntuk. Dan orang yang mengerjakan shalat subuh maka dia berada dalam tanggungan, jaminan, dan penjagaan dari Allah. Dialah yang akan mengambilkan haknya dari orang lain yang telah melanggar haknya dengan kezhaliman.
Semua keutamaan di atas hanya pantas didapatkan oleh seorang mukmin sejati. Karenanya shalat yang paling berat atas orang munafik adalah shalat subuh ini, karena mereka tidak pantas untuk mendapatkan semua keutamaan di atas.

Selasa, 06 Maret 2018

CIPTAAN ALLAH SWT YANG PALING KUAT                                                                     


Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut : Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya? “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung? 
Allah menjawab, “ Ada, yaitu besi “ ( Kita tahu bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi ).

Para malaikat pun kembali bertanya, “ Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi? “
Allah yang Mahasuci menjawab, “ Ada, yaitu api “ ( Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api ).

Bertanya kembali para malaikat, “ Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api? “
Allah yang Mahaagung menjawab, “ Ada, yaitu air “ ( Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air ).

“ Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air? “ Kembali bertanya para malaikat.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “ Ada, yaitu angin “ ( Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat ).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “ Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu? “ Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatan-Nya menjawab, “ Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya. “ Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.

Subahanallah ternyata amal yang kita keluarkan lebih hebat dari pada gunung, besi, api, air dan angin. Ayo  selagi masih ada waktu  dan ada rezeki yang Allah titipkan, kita gunakan untuk bertransaksi kepada Allah, transaksi yang gak pernah rugi dan selalu dilipatgandakan.

Semoga bermanfaat ..
MUKJIZAT ILMIAH DUA RUKUN SHOLAT

Mukjizat Ilmiah Dua Rukun Sholat
Kali saya akan men-share-kan tentang mukjizat ilmiah dua rukun sholat yaitu Ruku' dan Sujud. Ini merupakan penelitian secara ilmiah yang telah dilakukan para peneliti pihak barat dan dunia Islam sendiri. Informasi ini merupakan kiriman dari seorang Sohib Pandawa Lima di komuniats Muslim CNI. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa menambah keyakinan terhadap Islam.

Berikut ini informasinya :

Allah berfirman,
 “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (an-Nisaa’: 103)
 “Perintahkanlah kepada keluargamu mendirihan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaahaa: 132)
 “Katakanlah pada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, `Hendaklah mereka mendirikan shalat.”‘ (Ibrahim: 31)
 “Periharalah segala shalat(mu) dan (periharalah) shalat wustha.” (al-Baqarah: 238)


Latihan-latihan olah raga merupakan salah satu aktivitas yang dianjurkan oleh ilmu kesehatan. Membiasakan latihan- latihan seperti itu bisa membentuk kebugaran tubuh yang mesti terpenuhi, demi terciptanya akal sehat.

Aktivitas shalat lima kali sehari merupakan media terbaik untuk merengkuh manfaat positif darinya. Karena waktu shalat adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan-latihan tersebut.’

Pasalnya, waktu sebelum terbitnya matahari terdapat hawa yang menyegarkan, dan karenanya bisa membangkitkan energi tubuh. Waktu Zuhur di saat seseorang melepas lelah dari kesibukan adalah saat yang sangat tepat memulihkan keseimbangan energi.

Waktu Ashar di saat aktivitas seseorang menjelang usai adalah masa yang sangat tepat untuk mengembalikan daya energi dalam tubuh. Waktu Maghrib adalah masa di mana seseorang sedang menyongsong aktivitas baru (memulai kegiatan baru).

Sedangkan, waktu Isya adalah waktu di mana tubuh memerlukan energi baru, setelah seharian penuh beraktivitas yang sangat melelahkan. Kelima waktu itulah yang merupakan beberapa masa yang paling tepat bagi seseorang untuk mengganti energi dirinya yang sempat “hampir” hilang.

Bagi pakar muslim, gerakan-gerakan shalat mulai dari berdiri, duduk, dan sujud yang dilakukan berulang-ulang dalam sehari adalah jalan terbaik untuk melancarkan sistem peredaran darah. Dengan lancarnya sistem peredaran darah itu, maka seluruh organ tubuh bertambah energik.

Ada satu hal yang menarik perhatian bagi seorang dokter forensik (visum) dokter orthopedic (dokter tulang) terkenal asal Prancis, kala ia berlibur ke Mesir. Di sela-sela kunjungannya di antara mesjid-mesjid Mesir, ia menemukan praktik pengobatan baru untuk penyakit-penyakit punggung.
Resep (terapi) sakit punggung yang diajukan adalah dengan cara melakukan gerakan-gerakan shalat lima kali sehari. Pasalnya, aktivitas sujud dan ruku' adalah gerakan-gerakan yang berfungsi untuk memperkuat tulang punggung, dan berguna untuk melemaskan tulang belakangnya (sumsum).

                                                                             

Ketika itu juga, kala tur ke negeri asing ini, sambutan hangat dari masyarakat pun tampak. Dengan serta merta mereka berusaha keras untuk menyaksikan praktik shalat, untuk mengetahui kiat-kiat menjaga tulang sumsum belakang agar tetap kuat.

Di samping itu, secara ilmiah telah ditetapkan bahwa ruku, berdiri (tegap), dan sujud ternyata mampu menguatkan otot- otot punggung dan perut. Juga sekaligus bisa melenyapkan berbagai minyak dan lemak yang terkadang menempel di dinding-dinding perut.

Sedangkan sujud, berfungsi sebagai penguat otot-otot paha dan lutut. Juga membantu aliran peredaran darah ke seluruh organ tubuh, menguatkan dinding-dinding perut, dan menstabilkan gerakan-gerakan (pencernaan) usus.

Gerakan sujud adalah aktivitas yang berguna untuk mengkonservasi gejala-gejala penyakit pembengkakan pada lambung, yang diakibatkan pengerutan otot-ototnya. Juga akibat dioperasikannya katup penghalang (al-hijab al-hajiz) yang terletak di antara perut dan dada.

Dari sini, shalat bisa dipandang sebagai sebaik-baik olah raga jasmani yang bermanfaat bagi tubuh. Karena ia mampu menggerakkan seluruh organ tubuh, baik otot-otot, persendian, maupun tulang.

Faedah dan keuntungan shalat bagi organ-organ tidak hanya sebatas itu saja. Pengobatan saat ini menetapkan terapi penurunan darah tinggi bisa ditempuh dengan melaksanakan shalat. Jika seseorang rajin melaksanakan shalat, sedangkan ia mengidap penyakit tekanan darah tinggi, maka lambat laun akan menuai hasilnya.1)

Para pakar Islam sepakat bahwa dengan melakukan shalat secara teratur sebelum makan, berarti sama halnya menjaga dan melindungi diri dari penyakit-penyakit perut. Lebih-lebih penyakit akibat luka lambung.

                                                                             

Karenanya, orang yang mengidap penyakit maag, selalu dianjurkan untuk mengekang konsumsi makanan selama dalam keadaan tertekan atau terjadi sensivitas kepekaan urat-urat syaraf yang berakibat sering cepat naik pitam. Jika dalam kondisi seperti ini, sangat dianjurkan untuk menenangkan lebih dahulu hingga mencapai suasana rileks, santai, dan fresh. Setelah itu barulah mengkonsumsi makanan.

Penemuan ilmiah juga menunjukkan bahwa shalat mempunyai dampak langsung terhadap sistem kerja syaraf. Karena ia bisa menghilangkan ketegangan, menenteramkan pergolakan jiwa, dan sekaligus sebagai terapi kegoncangan -kegoncangan (penyakitnya). Lebih dari itu, shalat luga menjadi obat penyembuh yang mujarab bagi orang yang sulit tidur akibat guncangnya sistem urat syaraf.

Dr. Thomas Heislub berkata, “Bagi saya, shalat merupakan salah satu unsur utama penyangga aktivitas tidur seseorang yang saya ketahui lewat pengalaman empiris dan penelitian bertahun-tahun. Saya katakan ini dalam kapasitas profesi saya sebagai dokter (dan sebagai tanggung jawab moral yang saya tekuni). Shalat bisa dijadikan media utama untuk menenteram kan jiwa, dan juga menebarkan kenyamanan ke segenap jaringan urat syaraf yang saya ketahui hingga sekarang.”2)

Sementara itu, Dr. Edwin Frederick selaku dosen pada fakultas ilmu-ilmu syaraf yang tinggal di belahan Amerika Serikat pernah berkata, “Ada ribuan dokter, namun tidak satu pun di antaranya yang terkenal. Mayoritas mereka memiliki kecerdasan inteligensia rendah. Kendati demikian, ada secercah harapan. Karena, mereka dapat menyembuhkan penyakit-penyakit dan menjaga kesehatan melalui sebuah mukjizat. Mukjizat yang bernama shalat.”

Dr. Casius Carl, peraih gelar Nobel dalam bidang kedokteran dan merangkap ketua bidang penelitian di Yayasan Rockefler, Amerika Serikat, pernah berkata, “Di sini shalat setidaknya telah membicarakan tentang cara kerja (aktivitas) organ tubuh manusia. Bahkan sejauh ini, ia diyakini sebagai faktor kreativitas manusia. Saya, dalam hal ini, memandang dari sudut disiplin keilmuan yang saya geluti. Di kala para pasien telah gagal dalam terapi penyembuhannya dengan metode mengkonsumsi obat-obatan, maka seorang dokter menengadahkan tangannya dengan penuh khusyu dan harap dengan kepasrahannya. Konon ketika ia shalat, tiba-tiba saja penyakitnya sirna, lenyap.

Shalat bagai logam radium, yakni sebagai sumber penyinaran yang terus-menerus menghasilkan aktivitas -aktivitas lain. Dampak positif shalat juga terasa seperti yang kita rasakan bersama dalam persoalan “patologi”. Banyak kasus orang sakit yang terbebas dari bermacam-macam penyakit seperti TBC, Britonis, radang tulang, luka-luka yang bernanah, dan kanker.

Ada sejumlah pakar Islam yang belum mengetahui banyak tentang penggabungan pandangan-pandangan agama dan syiar-syiarnya. Dengan munculnya studi semacam ini, mungkinkah bagi seseorang untuk menyalahgunakan nilai -nilai shalat sebagai langkah preventif guna penyembuhan penyakit-penyakit.

Salah seorang guru olah raga Mesir berpendapat bahwa gerakan-gerakan yang lebih dikenal dengan istilah “Gerakan Hitam” sebenarnya telah banyak mengadopsi konsep shalat yang di dalamnya terdapat gerakan-gerakan fisik. Dalam pelaksanaannya, haruslah dengan cermat dan teratur. Yakni, dimulai dengan sikap tegak, beralih ke sikap ruku, dilanjutkan dengan kembali berdiri dari ruku, dan diteruskan dalam beberapa saat berdiri tegap. Kemudian barulah ke gerakan sujud. Dari gerakan sujud, dilanjutkan ke gerakan bangun, lalu untuk kali kedua kembali sujud, dan disempurnakan dengan berdiri tegap. Hal ini, dilakukan berulang-ulang, dari rakaat pertama ke rakaat kedua, dan barulah bertasyahud. Begitulah, dilakukan pengulangan gerakan untuk mencapai shalat yang sempurna.”3)

Begitu pula dengan barisan makmum. Mereka berdiri pada garis sejajar, bersama-sama menuju arah kiblat, dan tegak berdiri dengan jarak satu jengkal antara kedua telapak kakinya. Sedangkan, kakinya dalam posisi berimbang. Para pakar telah rnengemukakan pendapatnya bahwa berdiri dengan merenggangkan kedua telapak kaki dapat membantu menjaga keseimbangan kala turun untuk bersujud dan bangkit darinya. Juga bisa lebih menguatkan urat-urat syaraf.4)

Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat seperti olah raga fisik yang dilakukan seseorang dengan “variasi gerakan” yang mencakup keseluruhan organ tubuh. Tak ayal lagi, shalat bisa membangkitkan aktivitas-kreativitas dan sekaligus mencegah kemalasan, serta mampu menghilang kan keletihan. Lebih dari itu, shalat adalah “olah raga spiritual” bertemunya ruh sang hamba dengan Sang Maka Pencipta yang menyimpan pesan pembaruan dan perelaan. Itulah hasil penemuan sain modern setelah rentang masa 14 abad lamanya. (Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an)

Catatan kaki:
1).  Abdurrazak Naufal, Al-Islam wal ‘Ilmul Hadits.
 2).  Loc.Cit.
 3).  Wasil al-Halwani, Al-Harakat ar-Riyadhiyah.
4).  Dr. Sa’id as-Suyuthi, Mu’jizat fit-Tib lin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

Semoga bermanfaat ...

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

10 Perkara Penghalang Terkabulnya Doa

10 Perkara Penghalang Terkabulnya Doa Bismillah, 10 Perkara Penghalang Terkabulnya Doa Seseorang berkata kepada Ibrahim bin Ad...

Popular Posts

Blog Archive